Bagaimana Merubah Keyakinanmu dan Bertahan Dengan Goalmu Agar Lebih baik

Dalam salah satu artikel pertama saya, saya membahas sebuah konsep yang disebut kebiasaan berbasis identitas.


Ide dasarnya adalah bahwa keyakinan yang kamu miliki tentang dirimu dapat mendorong perilakumu dalam jangka panjang. Mungkin kamu bisa menipu diri sendiri untuk pergi ke gym atau makan sehat sekali atau dua kali, tetapi jika kamu tidak mengubah identitas dasarmu, maka sulit untuk bertahan dengan perubahan jangka panjang.


Ada tiga lapisan perubahan perilaku: perubahan hasil, perubahan proses, atau perubahan identitas.

Kebanyakan orang memulai dengan berfokus pada tujuan berbasis hasil (outcome) seperti "Saya ingin turun 20kg" atau "Saya ingin menulis buku terlaris."


Tapi ini adalah perubahan tingkat permukaan.


Akar dari perubahan perilaku dan membangun kebiasaan yang lebih baik adalah identitasmu. Setiap tindakan yang kamu lakukan didorong oleh keyakinan mendasar bahwa itu mungkin. Jadi jika kamu mengubah identitasmu (tipe orang yang kamu yakini), maka akan lebih mudah untuk mengubah tindakanmu.


Ini membawa kita ke pertanyaan penting: Bagaimana tepatnya, identitasmu terbentuk? Dan bagaimana kamu bisa menekankan aspek-aspek baru dari identitasmu yang secara bertahap menghapus bagian-bagian yang menghalangimu?


Bagaimana Mengubah Keyakinanmu

Identitasmu muncul dari kebiasaanmu. Kamu tidak dilahirkan dengan keyakinan yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap keyakinan, termasuk keyakinan tentang dirimu, dipelajari dan dikondisikan melalui pengalaman.


Lebih tepatnya, kebiasaanmu adalah bagaimana kamu mewujudkan identitas mu. Ketika kamu merapikan tempat tidurmu setiap hari, kamu mewujudkan identitas orang yang terorganisir. Ketika kamu menulis setiap hari, kamu mewujudkan identitas orang yang kreatif. Saat kamu berolahraga setiap hari, kamu mewujudkan identitas orang yang atletis.


Semakin kamu mengulangi suatu perilaku, semakin kamu memperkuat identitas yang terkait dengan perilaku itu. Padahal, kata identitas pada awalnya berasal dari kata latin essentitas yang berarti ada, dan identidem yang berarti berulang-ulang. Identitasmu secara harfiah adalah "keberadaan berulang"-mu.


Apapun identitasmu saat ini, kamu hanya percaya karena kamu memiliki buktinya. Jika kamu rajin beribadah tepat waktu setiap hari selama dua puluh tahun, kamu memiliki bukti bahwa kamu adalah orang yang religius. Jika kamu belajar biologi selama satu jam setiap malam, kamu memiliki bukti bahwa Anda rajin belajar. Jika kamu pergi ke gym bahkan saat cuaca kurang baik, kamu memiliki bukti bahwa kamu berkomitmen untuk kebugaran. Semakin banyak bukti yang kamu miliki untuk suatu keyakinan, semakin kuat dirimu akan mempercayainya.


Tentu saja, kebiasaanmu bukan satu-satunya tindakan yang memengaruhi identitasmu, tetapi berdasarkan frekuensinya, kebiasaan itu biasanya yang paling penting. Setiap pengalaman dalam hidup mengubah citra dirimu, tetapi kecil kemungkinan kamu akan menganggap dirimu seorang pemain sepak bola karena kamu pernah menendang bola atau seorang seniman karena kamu mencoret-coret gambar. Namun, saat kamu mengulangi tindakan ini, buktinya menumpuk dan citra dirimu mulai berubah. Efek dari pengalaman satu kali cenderung memudar sementara efek kebiasaan semakin kuat seiring waktu, yang berarti kebiasaanmu berkontribusi sebagian besar bukti yang membentuk identitasmu. Dengan cara ini, proses pembentukan kebiasaan sebenarnya adalah proses menjadi diri sendiri.


Ini adalah evolusi bertahap. Kita tidak berubah dengan menjentikkan jari dan memutuskan untuk menjadi seseorang yang sama sekali baru. Kita berubah sedikit demi sedikit, hari demi hari, kebiasaan demi kebiasaan. Kita terus mengalami mikroevolusi diri.


Setiap tindakan yang kamu ambil adalah indikasi untuk tipe orang yang kamu inginkan. Jika kamu menyelesaikan sebuah buku, maka mungkin kamu adalah tipe orang yang suka membaca. Jika kamu pergi ke gym, maka mungkin kamu adalah tipe orang yang suka berolahraga. Jika kamu berlatih bermain gitar, mungkin kamu adalah tipe orang yang menyukai musik. Setiap kebiasaan itu seperti sugesti: “Hei, mungkin ini aku.”


*Tidak ada satu contoh pun yang akan mengubah keyakinanmu, tetapi seiring bertambahnya jumlah suara, begitu pula bukti identitas barumu. Inilah salah satu alasan mengapa perubahan yang berarti tidak memerlukan perubahan radikal. Kebiasaan kecil dapat membuat perbedaan yang berarti dengan memberikan bukti identitas baru. Dan jika perubahan itu berarti, itu sebenarnya besar. Itulah paradoks membuat perbaikan kecil.


Menyatukan ini semua, kamu dapat melihat bahwa kebiasaan adalah jalan untuk mengubah identitasmu. Cara paling praktis untuk mengubah siapa kamu adalah mengubah apa yang kamu lakukan.


  • Setiap kali kamu menulis halaman, kamu adalah seorang penulis.

  • Setiap kali kamu berlatih biola, kamu adalah seorang musisi.
  • Setiap kali kamu memulai workout, kamu adalah seorang atlet.
  • Setiap kali kamu mendorong karyawanmu, kamu adalah seorang pemimpin.

Setiap kebiasaan tidak hanya mendapatkan hasil tetapi juga mengajarkanmu sesuatu yang jauh lebih penting: mempercayai diri sendiri. Kamu mulai percaya bahwa kamu benar-benar dapat mencapai hal-hal ini. Ketika suara meningkat dan bukti mulai berubah, cerita yang kamu ceritakan pada diri sendiri juga mulai berubah.


Tentu saja, cara kerjanya juga sebaliknya. Setiap kali kamu memilih untuk melakukan kebiasaan buruk, itu adalah suara untuk identitas itu. Kabar baiknya adalah kamu tidak perlu menjadi sempurna. Dalam setiap pemilihan, akan ada suara untuk kedua belah pihak. Kamu tidak perlu suara bulat untuk memenangkan pemilihan; kamu hanya perlu mayoritas. Tidak masalah jika kamu memberikan beberapa suara untuk perilaku buruk atau kebiasaan yang tidak produktif. Tujuanmu hanyalah untuk memenangkan sebagian besar waktu.


Inilah mengapa saya menganjurkan untuk memulai dengan tindakan yang sangat kecil (suara kecil tetap dihitung!) dan membangun konsistensi. Gunakan Aturan 2-Menit untuk memulai. Ikuti Strategi Seinfeld untuk menjaga konsistensi. Setiap tindakan menjadi suara kecil yang memberi tahu pikiranmu, "Hei, saya percaya ini tentang diri saya sendiri." Dan pada titik tertentu, kamu benar-benar akan mempercayainya.


Identitas baru membutuhkan bukti baru. Jika kamu terus memberikan suara yang sama seperti yang selalu kamu berikan, kamu akan mendapatkan hasil yang sama seperti yang selalu kamu dapatkan. Jika tidak ada yang berubah, tidak ada yang akan berubah.

Comments

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.