Kamu mungkin menyadari bahwa konsistensi penting untuk membuat kemajuan, melakukan pekerjaan yang lebih baik, menjadi bugar, dan mencapai beberapa tingkat kesuksesan di sebagian besar bidang kehidupan.
Saya sering menulis tentang kekuatan konsistensi: mengapa pengulangan lebih penting daripada kesempurnaan (di sini), bagaimana keuntungan kecil menambah hasil yang besar (di sini), dan mengapa jatuh cinta dengan kebosanan sangat penting untuk penguasaan (di sini).
Tetapi ketika kamu menyadari kekuatan konsistensi, ada bahaya yang datang dengan pengetahuan ini. Dan bahaya itu jatuh ke dalam pola pikir semua-atau-tidak sama sekali.
Seperti biasa, saya tidak terlalu memahami semua ini, tetapi mari kita bicara tentang bagaimana menjadi konsisten dan bagaimana kita dapat menggunakan sains dan penelitian untuk menghindari kesalahan dan perangkap umum.
Pola Pikir All-or-Nothing
Begitu kamu menyadari bahwa konsistensi sangat penting untuk sukses, kamu akan mudah terobsesi untuk menjadi konsisten tanpa cacat.
Sebagai contoh…
- Mencoba menurunkan berat badan? Sangat mudah untuk meyakinkan diri sendiri bahwa jika kamu tidak mengikuti program dietmu dengan sempurna, maka kamu telah gagal.
- Ingin bermeditasi setiap hari? Waspadalah untuk terlalu fokus pada tidak pernah melewatkan satu hari pun sehingga kamu malah stres karena berpegang teguh pada jadwal meditasimu.
- Ingin menjadi penulis yang sukses? Kamu dapat dengan cepat mencuci otak untuk berpikir bahwa penulis sukses menulis setiap hari tanpa gagal. (Hal yang sama berlaku untuk semua jenis artis dan atlet.)
Dengan kata lain, sangat mudah untuk membedakan mana menjadi konsisten dengan mana menjadi sempurna. Dan itu menjadi masalah karena tidak ada batas aman untuk error, kesalahan, dan keadaan darurat (hal yang membuatmu menjadi manusia normal.)
Memotong sedikit kelonggaran menjadi lebih penting ketika kita mempertimbangkan ilmu di balik pembentukan kebiasaan dan perbaikan terus-menerus. Penelitian menunjukkan bahwa, terlepas dari kebiasaan yang sedang Anda kembangkan, melewatkan satu hari pun tidak berdampak terukur pada kesuksesan jangka panjangmu. (Lebih lanjut tentang itu disini.)
Dengan kata lain, ini semua tentang kecepatan rata-rata, bukan kecepatan maksimum. Kegagalan harian seperti lampu merah selama perjalanan. Ketika kamu sedang mengemudikan mobil, kamu akan berhenti sesekali karna lampu merah. Tetapi jika kamu mempertahankan kecepatan rata-rata yang baik, kamu akan selalu mencapai tujuanmu meskipun ada pemberhentian dan penundaan di sepanjang jalan.
Bagaimana Menjadi Konsisten: Rencanakan Kegagalan
Konsistensi sangat penting untuk sukses di bidang apa pun. Tidak ada cara untuk menghindari fakta bahwa penguasaan membutuhkan banyak usaha.
Tetapi jika kamu ingin menjaga kewarasanmu, mengurangi stres, dan meningkatkan peluangmu untuk sukses jangka panjang, maka kamu perlu merencanakan kegagalan serta fokus pada konsistensi. Seperti penelitian dari profesor Stanford, Kelly McGonigal menunjukkan bahwa alasan nomor satu mengapa tekad memudar dan orang gagal untuk tetap konsisten dengan kebiasaan dan tujuan mereka adalah karena mereka tidak memiliki rencana untuk gagal.
Merencanakan untuk gagal tidak berarti bahwa kamu berharap untuk gagal, tetapi lebih seperti kamu tahu apa yang akan kamu lakukan dan bagaimana kamu akan kembali ke jalurnya ketika segala sesuatunya tidak berhasil. Jika kamu fokus untuk menjadi sempurna, maka kamu terjebak dalam perangkap all in or nothing.
Sementara itu, jika kamu menyadari bahwa kegagalan individu berdampak kecil pada kesuksesan jangka panjangmu, maka kamu dapat lebih mudah bangkit dari kegagalan dan kemunduran. Menjadi konsisten tidak sama dengan menjadi sempurna.
Comments
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.